12.18
upc galeri
No comments
oleh
Arbain Rambey, Fotografer Senior KOMPAS
“Definisi
teknik metering dalam fotografi adalah proses mengukur pencahayaan agar
menghasilkan foto yang baik secara teknis. Secara umum, kamera harus
“diperintah” untuk melakukan pengukuran pencahayaan oleh pemotret dalam
berbagai pilihan tindakan. Pilihan tindakan itu adalah metering dengan metode
matrix, center weight, dan spot. Baca buku manual kamera Anda untuk tahu cara
menggunakan ketiga cara itu di kamera yang Anda miliki.”
Prakata
di atas disadur dari artikel yang ditulis oleh Arbain Rambey di kfk.kompas.com. Berikut ini kultwit (kuliah tweet) tentang metering
dalam fotografi yang di share oleh Bang Arbain (@arbainrambey) beberapa hari yang lalu dengan hashtag #metering. Kultwit
sudah kami edit beberapa kalimat dan kami tambahkan dengan artikel yang pernah
ditulis oleh Arbain Rambey di kfk.kompas.com, supaya lebih lengkap dan disertai
contoh foto.
Silakan
disimak:
Dalam
fotografi, metering adalah proses mengukur pencahayaan agar menghasilkan foto
yang baik. Metering adalah proses dalam fotografi yang bisa diotomatiskan
selain WB (white balance). Jadi, kalau bicara soal otomatis/manual,
sebenarnya cuma soal selera.
Metering
sebenarnya sangat kecil porsinya dalam sebuah foto karena ada 3 faktor yang
lebih dominan, yaitu: komposisi, angle dan moment. Walau porsinya kecil dan
bisa dikoreksi dalam batas tertentu, metering adalah pintu masuk ke sebuah
foto. Kesalahan metering yang masih bisa dikoreksi dengan baik adalah: kalau
over maksimal 1 stop, kalau under kadang masih bisa 2 stop.
Proses
metering dimulai dengan membaca buku manual kamera. Kuasai tombol-tombol dan
bagian yang berhubungan dengan metering ini. Metering akan sangat mudah kalau
pemandangan yang akan dipotret cahayanya rata, artinya tak ada yang terang banget
dan tidak ada yang gelap banget.
Kegiatan
metering mulai dilakukan dengan memilih metoda apa yang akan dipakai. Secara
umum, ada 3 macam cara metering. Namun di kamera-kamera yang baru, ada beberapa
metoda tambahan yang sebenarnya cuma variasi yang 3 itu.
Metoda
metering pertama adalah Matrix atau Average
atau Evaluative, yaitu mengukur area pemotretan dengan
merata-ratakan cahayanya. Metering Evaluative menganalisa seluruh bidang yang
difoto lalu membuat kesimpulan. Beda kamera ada beda hasil, walau bedanya
sedikit.
Metoda
metering kedua adalah Center Weight (CW). Kalau Evaluative
merata-rata seluruh permukaan foto, CW hanya sekitar 40 persen bagian
tengah. Metoda metering ketiga adalah Spot. Secara umum,
metode spot tidak praktis untuk memotret cepat. Sebaliknya, metode matrix
relatif paling aman untuk memotret secara umum asal Anda selalu siap dengan
kompensasi.
Sebelum
melangkah lebih jauh, mari kita memahami apa yang dilakukan kamera saat
melakukan metering. Saat melakukan metering, sang kamera mengukur “kecerahan”
yang “dilihatnya”, lalu menghitung diafragma dan kecepatan rana berapa yang
diperlukannya.
Sekarang
saya ingin memastikan, apakah Anda sudah tahu cara memakai lightmeter di kamera
untuk melakukan metering ? Buka buku manual!
Belajar
otodidak tanpa pernah baca buku adalah otodidak ngawur. Ada banyak hal yang tak
mungkin diraih tanpa baca. Tiap pembuat kamera pasti punya hal khas yang
dituangkan dalam buku manual. Dalam dunia teknologi, banyak hal tak mungkin
dimengerti tanpa buku manual. Tiap barang elektronik PASTI punya beda dengan
barang merek lain. Yang disebut buku, saat ini, tidak harus berbentuk
benar-benar buku. File PDF, alamat web dan lain-lain adalah juga “buku”….
Setelah
paham cara memakai lightmeter di kamera Anda, mari kita mulai mengeksplor apa
itu metering.
Sekarang,
coba Anda lakukan metering pada ketiga baju bergantian. Akan tampak hasil yang
berbeda-beda bukan? Padahal, dengan sumber cahaya yang sama, metering pada
ketiga baju harusnya menghasilkan angka yang sama.
Baju
hitam cenderung memberi speed lambat dari perhitungan metering-nya, sedangkan
baju putih sebaliknya bukan? Kamera mengukur “kecerahan” apapun untuk dijadikan
gray 18 persen di foto nantinya. Itu prinsip utama metering.
Dalam
metering, intinya Anda mengukur agar foto mempunyai “kecerahan” seperti yang
diinginkan. Bukan masalah salah atau benar! Cara metering sederhana: pakai
evaluative, kalau jadinya terlalu terang, ulangi dengan kompensasi minus.
Diingat-ingat hasilnya untuk lain kali.
Ilmu
metering itu tidak cuma ilmu melakukan. Tapi juga butuh menghafal kasus-kasus
tertentu: model membelakangi cahaya, dan lain-lain.
Gray
18 persen adalah abu-abu dengan kepekatan optis 18 persen. Anda bisa beli
graycard 18 persen di toko foto metering. Contoh gray 18 persen bisa dilihat
seperti pada gambar di bawah ini.
Sebelum
melangkah soal metering lebih jauh, saya tegaskan bahwa metering dan graycard
di sini bukan masalah warna tapi soal “kecerahan”. Jadi, baju hitam menunjukkan
metering lambat karena oleh kamera hitam itu akan dikonvert ke gray 18 persen
(yang lebih cerah). Demikian pula putih akan jadi metering cepat karena oleh
kamera akan dijadikan gray 18 persen (yang lebih “gelap” tentunya).
Pertanyaannya:
siapa sih yang iseng memilih angka 18 persen untuk tolok ukur metering ini?
Mengapa 18? Ada apa dengan angka ini?
Grayscale
18 persen sebenarnya adalah “kecerahan” kulit manusia, tapi orang bule (yang
bikin sistem ini). Jadi, sebenarnya kita bisa mengukur ke kulit manusia dalam
setiap pemotretan, asal yg diincar adalah orang bule normal.
Untuk
kulit Melayu (yang lebih gelap daripada bule), Anda bisa mengkompensasi
metering-nya dengan MINUS agar sesuai. Kulit yang putih banget, PLUS.
Mari
kita ke penjabaran yang lebih mudah dalam soal metering ini.
Saat
memotret, Anda melakukan metering pada area yang akan dipotret. Untuk hasil
akurat, pakai SPOT ke daerah yang kira-kira secerah gray 18 persen. Cara
metering ini hanya bisa dilakukan kalau tak buru-buru, misalnya motret matahari
terbit/tenggelam. Cara metering paling cepat adalah dengan EVALUATIVE, lalu
pakai kecerdasan dan pengalaman Anda untuk melakukan kompensasi.
Jadi,
metering itu adalah soal memilih metodanya dan kompensasinya. Setelah dapat,
mau otomatis atau manual tak ada bedanya. Masalah kompensasi dalam metering,
coba lihat tombol bertanda plus garis miring minus. Kompensasi minus dalam
metering, Anda lakukan kalau rata-rata kecerahan yang Anda potret lebih gelap
daripada gray 18%. Demikian pula sebaliknya. Kalau area yang Anda potret
“rasanya” lebih terang daripada gray18%, metering Anda kompensasi PLUS.
Memotret
secara umum melakukan metering dari pantulan cahaya yang kembali ke kamera.
Tapi pengukuran metering terbaik adalah dengan mengukur cahaya langsung dari
sumbernya dengan lightmeter lepas (Mamiya, Seconic dll).
Saya
pribadi secara umum memakai EVALUATIVE atau MATRIX. Dalam praktek, selalu saya
selingi dengan permainan kompensasi.
Untuk
memotret landscape, Anda bisa pakai spot, ukur di daerah yang kira-kira
gray18% atau pakai EVALUATIVE dengan kompensasi rata-rata 0,3 stop. Untuk
pemotretan panggung, pakai EVALUATIVE, dengan kompensasi dari minus 1
stop sampai 3 stop.
Demikian,
serial twit soal metering. Kalau Anda banyak merasa yang tidak mengerti,
berarti Anda perlu baca-baca soal teori dasar lagi.
Catatan
tambahan: Zona System adalah sistem pembagian
wilayah “kecerahan” sebuah foto. Hubungannya dengan metering agak jauh.
Perhatikan foto A. Metering foto ini tidaklah sederhana.
Kalau Anda melakukan metering dengan apa adanya, foto yang dihasilkan akan
terlalu terang.
Foto
A yang banyak bagian hitamnya, sebaiknya Anda mengukur dengan spot ke bagian
yang kira-kira kepekatannya seperti gray 18 persen. Kalau Anda memakai metode
matrix, pengukuran Anda harus dikompensasi agar hitam terekam hitam.
Foto
B relatif tidak butuh kompensasi karena kepekatan rata-ratanya sudah mendekati
gray 18 persen. Kalau Anda ingin biru yang lebih pekat, bolehlah dikompensasi
minus setengah atau satu stop.
Foto C adalah foto panggung yang latar belakangnya hitam.
Memotret keadaan ini, mirip dengan foto A. Kompensasi pemotretan Anda dengan
minus. Berapa minusnya? Banyak-banyaklah berlatih, dan hasil latihan ini
diingat-ingat dengan baik.
Demikian
rangkuman kultwit tentang metering pada fotografi yang di-share oleh Arbain
Rambey melalui akun Twitter pribadinya di @arbainrambey. Rangkuman di atas
sudah disunting sebelumnya oleh http://themaster.web.id, namun kami lakukan
penyesuaian di beberapa kalimat agar lebih mudah dalam membaca dan memahaminya.
Selamat
belajar dan semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar