• Kamis, 19 Juli 2012

      Definisi & Tips Teknik METERING dalam Fotografi

      oleh Arbain Rambey, Fotografer Senior KOMPAS

      “Definisi teknik metering dalam fotografi adalah proses mengukur pencahayaan agar menghasilkan foto yang baik secara teknis. Secara umum, kamera harus “diperintah” untuk melakukan pengukuran pencahayaan oleh pemotret dalam berbagai pilihan tindakan. Pilihan tindakan itu adalah metering dengan metode matrix, center weight, dan spot. Baca buku manual kamera Anda untuk tahu cara menggunakan ketiga cara itu di kamera yang Anda miliki.”

      Prakata di atas disadur dari artikel yang ditulis oleh Arbain Rambey di kfk.kompas.com. Berikut ini kultwit (kuliah tweet) tentang metering dalam fotografi yang di share oleh Bang Arbain (@arbainrambey) beberapa hari yang lalu dengan hashtag #metering. Kultwit sudah kami edit beberapa kalimat dan kami tambahkan dengan artikel yang pernah ditulis oleh Arbain Rambey di kfk.kompas.com, supaya lebih lengkap dan disertai contoh foto.


      Silakan disimak:

      Dalam fotografi, metering adalah proses mengukur pencahayaan agar menghasilkan foto yang baik. Metering adalah proses dalam fotografi yang bisa diotomatiskan selain WB (white balance). Jadi, kalau bicara soal otomatis/manual, sebenarnya cuma soal selera.
      Metering sebenarnya sangat kecil porsinya dalam sebuah foto karena ada 3 faktor yang lebih dominan, yaitu: komposisi, angle dan moment. Walau porsinya kecil dan bisa dikoreksi dalam batas tertentu, metering adalah pintu masuk ke sebuah foto. Kesalahan metering yang masih bisa dikoreksi dengan baik adalah: kalau over maksimal 1 stop, kalau under kadang masih bisa 2 stop.

      Proses metering dimulai dengan membaca buku manual kamera. Kuasai tombol-tombol dan bagian yang berhubungan dengan metering ini. Metering akan sangat mudah kalau pemandangan yang akan dipotret cahayanya rata, artinya tak ada yang terang banget dan tidak ada yang gelap banget.
      Kegiatan metering mulai dilakukan dengan memilih metoda apa yang akan dipakai. Secara umum, ada 3 macam cara metering. Namun di kamera-kamera yang baru, ada beberapa metoda tambahan yang sebenarnya cuma variasi yang 3 itu.

      Metoda metering pertama adalah Matrix atau Average atau Evaluative, yaitu mengukur area pemotretan dengan merata-ratakan cahayanya. Metering Evaluative menganalisa seluruh bidang yang difoto lalu membuat kesimpulan. Beda kamera ada beda hasil, walau bedanya sedikit.
      Metoda metering kedua adalah Center Weight (CW). Kalau Evaluative merata-rata seluruh permukaan foto, CW hanya sekitar 40 persen bagian tengah. Metoda metering ketiga adalah Spot. Secara umum, metode spot tidak praktis untuk memotret cepat. Sebaliknya, metode matrix relatif paling aman untuk memotret secara umum asal Anda selalu siap dengan kompensasi.
      Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita memahami apa yang dilakukan kamera saat melakukan metering. Saat melakukan metering, sang kamera mengukur “kecerahan” yang “dilihatnya”, lalu menghitung diafragma dan kecepatan rana berapa yang diperlukannya.
      Sekarang saya ingin memastikan, apakah Anda sudah tahu cara memakai lightmeter di kamera untuk melakukan metering ? Buka buku manual!
      Belajar otodidak tanpa pernah baca buku adalah otodidak ngawur. Ada banyak hal yang tak mungkin diraih tanpa baca. Tiap pembuat kamera pasti punya hal khas yang dituangkan dalam buku manual. Dalam dunia teknologi, banyak hal tak mungkin dimengerti tanpa buku manual. Tiap barang elektronik PASTI punya beda dengan barang merek lain. Yang disebut buku, saat ini, tidak harus berbentuk benar-benar buku. File PDF, alamat web dan lain-lain adalah juga “buku”….
      Setelah paham cara memakai lightmeter di kamera Anda, mari kita mulai mengeksplor apa itu metering.
      Sekarang, coba Anda lakukan metering pada ketiga baju bergantian. Akan tampak hasil yang berbeda-beda bukan? Padahal, dengan sumber cahaya yang sama, metering pada ketiga baju harusnya menghasilkan angka yang sama.
      Baju hitam cenderung memberi speed lambat dari perhitungan metering-nya, sedangkan baju putih sebaliknya bukan? Kamera mengukur “kecerahan” apapun untuk dijadikan gray 18 persen di foto nantinya. Itu prinsip utama metering.
      Dalam metering, intinya Anda mengukur agar foto mempunyai “kecerahan” seperti yang diinginkan. Bukan masalah salah atau benar! Cara metering sederhana: pakai evaluative, kalau jadinya terlalu terang, ulangi dengan kompensasi minus. Diingat-ingat hasilnya untuk lain kali.
      Ilmu metering itu tidak cuma ilmu melakukan. Tapi juga butuh menghafal kasus-kasus tertentu: model membelakangi cahaya, dan lain-lain.
      Gray 18 persen adalah abu-abu dengan kepekatan optis 18 persen. Anda bisa beli graycard 18 persen di toko foto metering. Contoh gray 18 persen bisa dilihat seperti pada gambar di bawah ini.


      Sebelum melangkah soal metering lebih jauh, saya tegaskan bahwa metering dan graycard di sini bukan masalah warna tapi soal “kecerahan”. Jadi, baju hitam menunjukkan metering lambat karena oleh kamera hitam itu akan dikonvert ke gray 18 persen (yang lebih cerah). Demikian pula putih akan jadi metering cepat karena oleh kamera akan dijadikan gray 18 persen (yang lebih “gelap” tentunya).
      Pertanyaannya: siapa sih yang iseng memilih angka 18 persen untuk tolok ukur metering ini? Mengapa 18? Ada apa dengan angka ini?
      Grayscale 18 persen sebenarnya adalah “kecerahan” kulit manusia, tapi orang bule (yang bikin sistem ini). Jadi, sebenarnya kita bisa mengukur ke kulit manusia dalam setiap pemotretan, asal yg diincar adalah orang bule normal.

      Untuk kulit Melayu (yang lebih gelap daripada bule), Anda bisa mengkompensasi metering-nya dengan MINUS agar sesuai. Kulit yang putih banget, PLUS.
      Mari kita ke penjabaran yang lebih mudah dalam soal metering ini.
      Saat memotret, Anda melakukan metering pada area yang akan dipotret. Untuk hasil akurat, pakai SPOT ke daerah yang kira-kira secerah gray 18 persen. Cara metering ini hanya bisa dilakukan kalau tak buru-buru, misalnya motret matahari terbit/tenggelam. Cara metering paling cepat adalah dengan EVALUATIVE, lalu pakai kecerdasan dan pengalaman Anda untuk melakukan kompensasi.
      Jadi, metering itu adalah soal memilih metodanya dan kompensasinya. Setelah dapat, mau otomatis atau manual tak ada bedanya. Masalah kompensasi dalam metering, coba lihat tombol bertanda plus garis miring minus. Kompensasi minus dalam metering, Anda lakukan kalau rata-rata kecerahan yang Anda potret lebih gelap daripada gray 18%. Demikian pula sebaliknya. Kalau area yang Anda potret “rasanya” lebih terang daripada gray18%, metering Anda kompensasi PLUS.
      Memotret secara umum melakukan metering dari pantulan cahaya yang kembali ke kamera. Tapi pengukuran metering terbaik adalah dengan mengukur cahaya langsung dari sumbernya dengan lightmeter lepas (Mamiya, Seconic dll).
      Saya pribadi secara umum memakai EVALUATIVE atau MATRIX. Dalam praktek, selalu saya selingi dengan permainan kompensasi.
      Untuk memotret landscape, Anda bisa pakai spot, ukur di daerah yang kira-kira gray18% atau pakai EVALUATIVE dengan kompensasi rata-rata 0,3 stop. Untuk pemotretan panggung, pakai EVALUATIVE, dengan kompensasi dari minus 1 stop sampai 3 stop.
      Demikian, serial twit soal metering. Kalau Anda banyak merasa yang tidak mengerti, berarti Anda perlu baca-baca soal teori dasar lagi.
      Catatan tambahan: Zona System adalah sistem pembagian wilayah “kecerahan” sebuah foto. Hubungannya dengan metering agak jauh.


      Perhatikan foto A. Metering foto ini tidaklah sederhana. Kalau Anda melakukan metering dengan apa adanya, foto yang dihasilkan akan terlalu terang.
      Foto A yang banyak bagian hitamnya, sebaiknya Anda mengukur dengan spot ke bagian yang kira-kira kepekatannya seperti gray 18 persen. Kalau Anda memakai metode matrix, pengukuran Anda harus dikompensasi agar hitam terekam hitam.
      Foto B relatif tidak butuh kompensasi karena kepekatan rata-ratanya sudah mendekati gray 18 persen. Kalau Anda ingin biru yang lebih pekat, bolehlah dikompensasi minus setengah atau satu stop.


      Foto C adalah foto panggung yang latar belakangnya hitam. Memotret keadaan ini, mirip dengan foto A. Kompensasi pemotretan Anda dengan minus. Berapa minusnya? Banyak-banyaklah berlatih, dan hasil latihan ini diingat-ingat dengan baik.
      Demikian rangkuman kultwit tentang metering pada fotografi yang di-share oleh Arbain Rambey melalui akun Twitter pribadinya di @arbainrambey. Rangkuman di atas sudah disunting sebelumnya oleh http://themaster.web.id, namun kami lakukan penyesuaian di beberapa kalimat agar lebih mudah dalam membaca dan memahaminya.


      Selamat belajar dan semoga bermanfaat.

      0 komentar:

      Posting Komentar