Dalam
dunia fotografi dikenal istilah yang disebut eksposure. Sebuah
proses penangkapan cahaya (lighting), yang lebih jauhnya dapat
menentukan kualitas suatu hasil foto dari segi pencahayaannya. Merupakan serangkaian
proses dari mulai tombol shutter ditekan, sampai dihasilkannya gambar
foto. Dan hasilnya, apakah suatu foto dikatakan “terlalu gelap/underexposure”,
“pas”, atau “terlalu terang/overexposure” semua bergantung
setingan eksposure-nya. Jika istilah Foto-grafi diartikan sebagai
“melukis dengan cahaya”, maka eksposure merupakan pengontrolan jumlah cahaya
untuk melukis lukisan tersebut.
Jadi apa itu eksposure?
Faktor
yang mempengaruhi eksposure
Secara logika saja, jika bicara bagaimana suatu sensor/film terpapar cahaya, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil paparan cahaya pada sensor kamera atau film, dan seperti yang kita duga, faktor-faktor tersebut diantaranya:
1. Banyaknya cahaya yang dipaparkan.
2. Lamanya waktu pemaparan.
3. Sensitifitas material peka cahaya (sensor atau film) dalam menerima cahaya.
2. Lamanya waktu pemaparan.
3. Sensitifitas material peka cahaya (sensor atau film) dalam menerima cahaya.
Faktor-faktor
ini saling terkait dan sangat mempengaruhi hasil akhir sebuah proses eksposure.
Tujuan utama dari pemaparan cahaya (eksposure) adalah memberikan jumlah
cahaya yang cukup untuk dipaparkan pada sensor atau film untuk menghasilkan
gambar. Hasil akhir suatu eksposure dalam arti ukuran tingkat pencahayaan pada
sensor/film, dapat dikontrol melalui pengaturan ketiga faktor diatas. Lebih
jelasnya, tingkat pencahayaan pada foto dapat dihasilkan dengan cara mengatur
jumlah cahaya yang masuk, atau pengaturan lamanya waktu paparan, atau
pengaturan sensitifitas sensor, atau melalui kombinasi ketiganya.
Istilahnya
dalam Fotografi
Jika
diterjemahkan satu-satu kedalam istilah fotografi, ketiga faktor yang
mempengaruhi eksposure tersebut diberi istilah:
Aperture size (ukuran bukaan diafragma)
Adalah ukuran bukaan bilah-bilah diafragma pada lensa yang berfungsi sebagai “jendela” untuk melewatkan sejumlah cahaya pada proses pemaparan. Semakin besar ukuran Aperture-nya maka semakin lebar “jendela cahaya” yang terbuka, dan jumlah cahaya yang masuk juga semakin banyak, begitu juga sebaliknya. Artinya pada waktu pemaparan yang singkat, proses eksposure dengan aperture size yang lebar dapat mengumpulkan cahaya lebih banyak.
Lebih
jauhnya lagi, pengaturan aperture size dapat mempengaruhi ruang tajam (depth
of field/DoF) yang memberikan efek lain pada foto. Semakin besar nilai aperture
(bukaan diafragma), maka ruang tajam pada foto akan semakin sempit (bokeh).
Satuannya : f/angka aperture;
contoh: f/1.8, f/4, dst… atau ada juga yang senang menulisnya dengan cara: f:1.8, f:8 yang artinya sama saja. Nilai diafragma f/1.8 bukaannya lebih besar dari f/4, dst…
contoh: f/1.8, f/4, dst… atau ada juga yang senang menulisnya dengan cara: f:1.8, f:8 yang artinya sama saja. Nilai diafragma f/1.8 bukaannya lebih besar dari f/4, dst…
Shutter speed (kecepatan rana)
Shutter speed adalah ukuran waktu lamanya proses pemaparan cahaya (eksposure) berlangsung. Selang waktu dari mulai diafragma terbuka sampai tertutup kembali, yang pengaruhnya tiada lain adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk. Semakin lama waktu pemaparan berlangsung, maka cahaya yang yang terkumpul akan semakin banyak. Lebih jauhnya, lama waktu pemaparan dapat memberikan efek foto tertentu dalam “merekam” objek bergerak (freeze effect atau motion blur).
Satuannya: 1/angka shutter speed
(sekon); atau juga tanda (sekon “) pada tampilan kamera
Contoh : 1/300 sekon, 1/1000 sekon; 1” = 1 sekon; 30” = 30 sekon dst…
Contoh : 1/300 sekon, 1/1000 sekon; 1” = 1 sekon; 30” = 30 sekon dst…
ISO Speed (sensitifitas/kecepatan tangkap cahaya pada
sensor)
ISO (International Standard Organization) Speed adalah ukuran standar internasional untuk ukuran sensitifitas sensor cahaya digital. Atau dalam fotografi analog istilah ini disebut ASA, yang menunjukkan ukuran sensitifitas lapisan film. Semakin besar angka ISO maka sensor kamera akan semakin sensitif terhadap cahaya. Semakin sensitif suatu sensor/film maka waktu pengumpulan cahaya akan semakin singkat. Dalam fotografi digital, ISO speed ini nilainya dapat diatur dalam menu kamera digital. Dalam fotografi analog, ASA tidak dapat diatur dari kamera, tapi dilakukan dengan penggantian roll film dengan ASA yang berbeda.
Satuannya:
ISO 100, ISO 200, ISO 400, ISO 1200, ISO 1600 dst.. ISO 1600 jauh lebih
sensitif dari ISO 100 atau ISO 400.
Catatan
penting:
Semakin besar nilai ISO, sensor akan semakin sensitif, termasuk terhadap noise pada hasil foto. pada nilai ISO yang besar, foto yang dihasilkan cenderung mudah terkena noise.
Itulah
komponen penting dalam pengaturan eksposure dalam fotografi. Satu hal yang
harus ditekankan, bahwa tujuan dalam melakukan seting eksposure adalah
mendapatkan tingkatan cahaya yang pas, bukan hanya banyak. Artinya eksposure
sebenarnya terkait soal kondisi pemotretan dan selera sang fotografer dalam
menilai suatu hasil foto yang diinginkan.
Perfect
eksposure sebenarnya merupakan sesuatu yang
subjektif, karenanya ekplorasi dan kreatifitas tetap memegang peranan penting
dalam fotografi. Ketiga faktor teknis diatas adalah sarananya, yaitu tempat
yang kita cari untuk mendapatkan setting pencahayaan yang baik, karena foto
yang terlalu gelap atau terlalu terang biasanya tidak disebut foto yang bagus.
Tambahan
Sebenarnya bahasan mengenai eksposure ini melibatkan serangkaian penjelasan detail teknik yang menarik dan memberikan ruang eksplorasi yang luas apabila digali lebih lanjut. Artikel ini hanyalah entrypoint untuk menggalinya lebih dalam lagi. Selamat menggali lebih dalam.
semoga
bermanfaat ^^
0 komentar:
Posting Komentar